Kala itu hujan gerimis meneteskan kegenitan, Sebagian terperangkap didinding jendela, Kau datang dengan segala rasa, Katanya ada rasa yang harus dijelaskan. Sedangkan aku hanya ingin menatap tajam sang langit.
Bagaimana tidak, kau yang bersama sang pangeran dengan mahkota indahnya, Berlari mengejar bahuku, katanya perasaan tidak bisa dibohongi, entah apa yang kau pancarkan dalam setiap pertemuan. Tatapan dan perkartaan yang kau sajikan tak lagi membuatku untuk kembali bersahabat dengan hilang.
kau membuatku untuk kembali menatap pulang, tentang pulang yang adalan kita yang sempat sunyi hanya karena rasa yang sempat tak bertepi, kini tanganmu erat dalam genggaman yang kita buat lewat pertemuan sederhana, menjelma menjadi peluk yang kita buat lewat pelik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar